Pendidikan merupakan unsur penting dalam membangun sebuah peradaban sebuah bangsa dan Negara. Indeks kemajuan peradaban sebuah bangsa dapat kita lihat dari kualitas pendidikan di Negara tersebut. Baru-baru ini sebuah lembaga survey yang bernama Programme for Internasional Student Assesment (PISA) di paris merilis tingkat pengetahuan murid dalam membaca, matematika dan ilmu pengetahuan serta aplikasi pengetahuan yang di dapat oleh peserta didik. Dalam surveynya PISA menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Data ini menjadikan Indonesia Bercokol di peringkat terbawah dari 77 Negara yang di lakukan oleh PISA
fenomena pendidikan di Indonesia hari ini adalah masih rendahnya kualitas pendidikan Indonesia jika dilihat dari indeks hasil Survey yang dirilis oleh Programme for Internasional Student Assesmen (PISA) di Paris yang menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Data ini menjadikan Indonesia bercokol di peringkat terbawah dari 77 Negara yang di lakukan oleh PISA.
Survey yang dilakukan oleh Lembaga PISA tersebut masuk akal juga jika kita lihat fenomena Pendidikan Indonesia.
menanggapi kasus di atas, Indonesia harus menentukan paradigma pendidikan yang cocok bagi tantangan Zaman abad 21. Seperti yang pernah dibahas oleh UNESCO dalam World Education Forum dalam mempersiapkan pendidikan manusia abad ke-21. dalam forum pendidikan dunia tersebut UNESCO menyatakan bahwa Pendidikan hendaknya mengubah paradigma teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi “proses bagaimana belajar bersama antara guru dan peserta didik”. Guru dalam konteks ini juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah, meminjam istilahnya Ivan Illich, menjadi learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini,peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa), tapi learner (yang belajar).
Baca juga: Paradigma pendidikan Indonesia Abad 21
Tujuan Pembelajaran Kognitif
menanggapi kasus di atas, Indonesia harus menentukan paradigma pendidikan yang cocok bagi tantangan Zaman abad 21. Seperti yang pernah dibahas oleh UNESCO dalam World Education Forum dalam mempersiapkan pendidikan manusia abad ke-21. dalam forum pendidikan dunia tersebut UNESCO menyatakan bahwa Pendidikan hendaknya mengubah paradigma teaching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi “proses bagaimana belajar bersama antara guru dan peserta didik”. Guru dalam konteks ini juga termasuk dalam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah, meminjam istilahnya Ivan Illich, menjadi learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini,peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa), tapi learner (yang belajar).
Paradigma pendidikan versi UNESCO ini
sangat jelas berdasarkan pada paradigma learning, tidak lagi pada teaching.
Berikut ini paradigma pendidikan yang di tawarkan oleh UNESCO
- learning to think (belajar berpikir).
learning to think atau belajar
berarti pendidikan berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional
sehingga learner berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta
memiliki semangat membaca yang tinggi. Dengan demikian kegiatan belajar yang
bersifat menghafal akan mempunyai porsi yang sedikit di bandingkan dengan
kemampuan belajar berbasis pemecahan masalah.
- learning to do (belajar berbuat atau hidup).
Pada abad ke-21 menuntut manusia-manusia
yang bukan hanya berpikir tetapi manusia yang berbuat. Manusia yang berbuat
adalah manusia yang ingin memperbaiki kualitas kehidupannya. Dengan berbuat dia
dapat menciptakan produk-produk baru dan meningkatkan mutu produk-produk
tersebut. Dengan kata lain pendidikan diarahkan pada how to solve the
problem.
- learning to live together (belajar hidup bersama).
Disini pendidikan diarahkan pada
pembentukan seorang peserta didik yang berkesadaran bahwa kita ini hidup dalam
sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai bahasa dengan
latar belakang etnik, agama dan budaya. Di sinilah pendidikan akan nilai-nilai
perdamaian, penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup, toleransi, menjadi
aspek utama yang mesti menginternal dalam kesadaran learner.
- learning to be (belajar menjadi diri sendiri).
Pendidikan ini menjadi sangat penting
mengingat masyarakat moderns saat ini tengah dilanda suatu krisis kepribadian.
Orang sekarang biasanya lebih melihat diri sebagai what you have, what you
wear, what you eat, what you drive,, dan lain-lain. Karena itu pendidikan
hendaknya diorientasikan pada bagaimana seorang peserta didik di masa depannya
bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang mandiri, memiliki harga diri dan
tidak sekadar memiliki having (materi-materi dan jabatan-jabatan politis).
Paradigma pendidikan di atas
bila disimpulkan akan diperoleh kata kunci berupa “learning how to learn”
(belajar bagaimana belajar). Sehingga pendidikan tidak hanya berorientasi pada
nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga
berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik bisa belajar dari lingkungan,
dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan dan luasnya hamparan
alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap kreatif dan daya berpikir
imaginatif.
Baca juga: Paradigma pendidikan Indonesia Abad 21
Tujuan Pembelajaran Kognitif
Comments
Post a Comment