Defenisi Berpikir Kritis
Ketika kita berbicara tentang berpikir dan cara berpikir,maka kita akan di arahkan kepada dua cabang utama berpikir yaitu berpikir kreatif dan berpikir analitis (Colin Rose,1997:253). Berpikir kreatif adalah berpikir untuk menghasilkan gagasan dan produk baru. Melihat suatu pola atau hubungan baru antara satu hal dan hal lainnya yang semula tidak tampak. Yaitu menemukan cara-cara baru untuk mengungkapkan suatu hal atau menggabungkan gagasan yang ada untuk menghasilkan gagasan gagasan yang baru.
Berpikir analitis adalah menunjukkan suatu situasi, masalah, subjek, atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis menguji pernyataan atau bukti. Salah satu cara terbaik untuk mendefenisikan sesuatu dapat dilakukan dengan menuliskan lawannya. Lawan kata dari kreatif- analitis adalah tidak imajinatif, tidak akurat, tidak logis,bias, Berpikir sempit dan lain-lain
Dalam masyarakat modern, berpikir mengarah pada berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi, salah satunya yaitu berpikir kritis. menurut Rebel, Shidarta (2005:10) keterampilan berpikir adalah melakukan pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara rapi dan mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan tidak hanya meliputi kegiatan motorik melain juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas, sehingga sampai pada pengaruh dan pendayagunaan orang lain secara tepat dan dapat dikatakan orang yang terampil.
Berpikir merupakan memanipulasi atau mengelola dan mentranformasi informasi dalam memori (Santrock, 2008:357). Pemikiran kritis merupakan kemampuan dan kecendrungan seseorang untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti (Van Gelder, 2005 ; Willingham, 2007 dalam Paul Eggen dan Don Kauchak).
Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir kritis peserta didik dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Syah, 2009: 123).
Berpikir kritis merupakan penerapan dari aspek hasil belajar. Berpikir kritis itu rasional, logis dan menunjang keberhasilan peserta didik. Berpikir rasional peserta didik dituntut untuk menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan suatu masalah tertentu dengan menggunakan logika (akal sehat) mengikuti langkah-langkah yang sistematis dan logis
Indikator berpikir kritis
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir kritis, maka lahirlah sejumlah sikap dan kecendrungan yang terkait dengan berpikir kritis yang telah diidentifikasi, yaitu mencangkup:H
- Hasrat untuk mendapatkan informasi dan mencari bukti.
- Sikap berfikiran terbuka dan skeptisisme sehat.
- Kecendrungan untuk menunda penghakiman.
- Rasa hormat terhadap pendapat orang lain.
- Toleransi bagi ambiguitas
Dalam berpikir kritis, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa ahli. Menurut Marzano Dalam Jurnal Tengku Idris halaman 2, berpikir kritis itu mempunyai kategori sebagai berikut:
- Bersikap akurat dan mencari akurasi.
- Jelas dan mencari kejelasan.
- Bersikap terbuka.
- Menahan diri dari sifat impulsif.
- Mampu menempatkan diri ketika ada jaminan.
- Bersikap sensitif dan tahu kemampuan pengetahuan temanya.
Sedangkan dikutip dalam jurnal prosiding, Ennis (Hassoubah, 2004) menyatakan bahwa: berpikir kritis adalah berpikir yang beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan. indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas peserta didik sebagai berikut
- Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
- Mencari alasan.
- Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
- Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
- Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
- Mengingat kepentingan asli dan mendasar.
- Mencari alternative
- Bersikap dan berpikir terbuka.
- Mengambil sikap ketika ada
Sedangkan menurut Richard paul dari institute pemikiran kritis yang menyususn program pelatihan guru yang bagus tentang berpikir, menekankan hal penting bahwa semua pembelajaran adalah melalui cara berpikir atau pemikiran. Itulah sebabnya mengapa pengorganisasian teknik-teknik pembelajaran harus erat kaitannya dengan teknik-teknik berpikir. Misalnya dalam pembelajaran kita harus
- Memahami tujuan pembelajaran.
- Menjawab dan menyusun kerangka pertanyaan dalam pembelajaran
- Mengumpulkan informasi tentang peristiwa-peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan pembelajaran
- Membuat interpretasi pembelajaran
- Menguji asumsi-asumsi pembelajaran
- Memikirkan konsep-konsep pembelajaran .
- Memikirkan implikasi dari berbagai peristiwa yag berkaitan dengan pembelajaran
- Memahami sudut pandang pembelajaran
Untuk belajar dan mempraktekkan cara berpikir kritis peserta didik perlu difasilitasi untuk berlatih mengembangkan beberapa indikator berpikir kritis seperti:
- Mengidentifikasi kejadian, peristiwa, proses dan kegiatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar kejadian, objek, dan peristiwa
- Mendeduksi implikasi atau dampak.
- Menyimpulkan motif.
- Mengkombinasikan elemen bebas untuk mengkreasi pola pikir baru yang mengarah pada perkembangan kreativitas .
- Membuat interpretasi asli sebagai suatu bentuk dari kreativitas
Danil Perkins dan Sarah Tishman (1997) dalam buku John W. Santrock (2008:360) mengatakan bahwa bekerja sama dengan para guru untuk memasukkan pelajaran pemikiran kritis dikelas. Berikut beberapa keterampilan berpikir kritis yang digunakan untuk membantu perkembangan peserta didik yakni:
- Berfikiran terbuka, ajak murid menghindari pemikiran sempit dan mendorong peserta didik tersebut untuk mengeksplorasi opsi-opsi. Misal: dalam pembelajaran fisika, pendidik bisa meminta kepada peserta didik untuk memperhatikan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan kemudian kaitkan dengan pelajaran yang sedang dipelajari dan praktekkan.
- Rasa ingin tahu intelektual, dorong peserta didik untuk bertanya, merenungkan, menyelidiki, dan meneliti. Aspek lain dari keingintahuan intelektual adalah mengenali problem dan inkossistensi.
- Perencanaan dan strategi, bekerja sama antara pendidik dengan peserta didik dalam menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah, dan menciptakan hasil.
- Kehati-hatian intelektual, dorong peserta didik untuk mengecek ketidak akuratan dan kesalahan, bersikap cermat dan teratur.
Menurut Ennisi dikutip oleh morgan (1995) mendefinisikan berpikir kritis sebagai cara berpikir reflektif yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan, dengan indikator terdapat 12 komponen yakni:
- Merumuskan masalah,.
- Menganalisis argumen.
- Bertanya dan menjawab pertanyaan.
- Menilai kredibilitas sumber informasi.
- Melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi.
- Membuat deduksi dan menilai deduksi.
- Mengevaluasi.
- Mendefenisikan dan menilai defenisi.
- Mengidentifikasi asumsi.
- Memutuskan dan melaksanakan.
- Brinteraksi orang lain.
Menurut Wahab Jufri (2013) mengatakan bahwa Agar dapat membimbing peserta didik berlatih berpikir kritis, maka pendidik sendiri harus mengetahui dan memahami indikator-indikator keterampilan berpikir kritis serta beberapa bentuk deskriptornya yang disajikan dalam Tabel berikut:
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis | Deskriptor Keterampilan Berpikir Kritis |
Merumuskan masalah | Memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi jawaban |
Memberikan argumen | - Argumen sesuai dengan kebutuhan
- Menunjukkan persamaan dan perbedaan
- Argumen yang diajukan orisinil dan utuh
|
Melakukan deduksi | - Mendeduksi secara logis
- Menginterpretasi secara tepat
|
Melakukan induksi | - Menganalisis data.
- Membuat generalisasi
- Menarik kesimpulan
|
Melakukan evaluasi | - Mengevaluasi berdasarkan fakta
- Memberikan alternatif lain
|
Mengambil keputusan dan menentukan tindakan | - Menentukan jalan keluar.
- Memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan
|
Kemudian dikutip dari jurnal penelitian pembelajaran fisika UNP yang dilakukan Afrizon,dkk. Philips, Charles, Renae J. Chesnut dan Raylene M. Rospond (2004) menjabarkan alat ukur atau tes untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dikembangkan dari lima subskala sebagai berikut ini.
- Analisis (analysis), subskala analisis mengukur apakah seseorang dapat memahami dan menyatakan maksud atau arti dari suatu data yang bervariasi, pengalaman, dan pertimbangan.
- Evaluasi (evaluation), subskala evaluasi mengukur kemampuan seseorang untuk melihat informasi dan kekuatan nyata atau relasi kesimpulan, kemampuan untuk menyatakan hasil pemikiran seseorang.
- Kesimpulan (inference), subskala kesimpulan mengukur kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi dan mengamankan informasi yang diperlukan untuk menggambarkan kesimpulan.
- Pemikiran deduktif (deductive reasoning), subskala pemikiran deduktif mengukur kemampuan seeorang dimulai dari hal yang bersifat umum atau premis yang dianggap benar, sampai pada kesimpulan yang bersifat khusus.
- Pemikiran induktif (inductive reasoning), subskala pemikiran induktif mengukur kemampuan seseorang dimulai dari premis dan aplikasi yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman, menjangkau kesimpulan yang umum.
Naaah sekian dulu yaaaaaa...... Indikator berpikir Kritis yang di kutip dari berbagai sumber..........
Afizon dkk, 2012, Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instructio di akses di,http://ejournal.unp.ac.id pada hari jumat 03 Juni 2020 pukul 10:13
FJ,dkk.1997. Highr Order Thinking Skill. Ducational service program. california
Idris Tengku, 2018, Profil Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Se-Kota Pekanbaru, Bioedusiana 3(1) 2018.
Jufri, Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. 2013.
Paul Eggen. Dkk. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir. Jakarta: Permata Puri Media
Rose Colin,dkk.1997. accelerated learning.Nuansa: Bandung
Santrock, John W. (2008). psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana
Comments
Post a Comment