A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah upaya mempengaruhi siswa agar belajar atau membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar. Pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa, dan proses belajar sebagai pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Pengaitan pengaitan ini akan membentuk sruktur kognitif baru yang lebih mantap, yang dapat dipandang sebagai hasil belajar. Konsepsi ini menjadi pijakan dalam identifikasi dan pengembangan strategi pembelajaran.
Dalam implementasi pembelajaran di kelas, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pembelajaran di kelas seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru dalam menerapakan strategi pembelajaran yang sesuai dan cocok bagi peserta didik. Guru harus memiliki kemampuan bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan pembelajaran dapat dicapai hanya satu startegi tertentu.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher oriented), guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan mengajak siswa untuk berpikir lebih kritis pada kegiatan diskusi yang dilakukan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut adalah Strategi Pembelajaran Ekspositori. Siswa dilatih untuk memecahkan masalah dengan bantuan guru pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya berkaitan tentang kelistrikan yang ada dirumah. Selain itu, dengan pemberian masalah yang autentik, siswa dapat membentuk makna dan bahan pelajaran
melalui proses belajar dan meyimpan dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu digunakan. Keberhasilan pembelajaran akan lebih bermakna lagi jika apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian Satrategi pembelajaran ekspositori
Menurut Sanjaya (2011:179) Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Gurusinga dan Sibarani (2011:29-31) merumuskan pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori adalah Strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal (ceramah atau diskusi) dari seorang guru kepada sekelompok siswa yang akan mengalami pembelajaran dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal.
Liyusri dan Situmorang (2013:67) Strategi Pembelajaran Ekspositori sebagai strategi pembelajaran langsung (direct instruction) karena pembelajaran disampaikan guru secara langsung, siswa tidak dituntut menemukan materi itu karena materi pelajaran seakan sudah jadi dipersiapkan guru dan lebih menekankan pada proses bertutur.
Kegiatan Belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori. Baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksanaan pengajaran, dalam pendekatan ini guru lebih berperan aktif dan lebih banyak melakukan kegiatan dibandingkan siswa- siswanya. Sebelum melakukan pengajaran biasanya guru telah mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Dan siswa berperan lebih pasif, tanpa banyak melakukan aktivitas dan kegiatan pengolahan bahan ,karena siswa hanya menerima bahan ajar yang akan disampaikan oleh guru. Metode mengajar yang biasa digunakan pada strategi ini adalah metode metode ceramah dan demostrasi.
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi strategi pembelajaran ekspositori adalah aliran belajar behavioristik. Aliran belajar ini lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antara stimulus dan respon. Oleh karenya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor penting. Dari asumsi inilah, muncul bagaimana agar guru dapat memfasilitasi sehungga hubungan stimulus-respon bisa berlangsung secara efektif.2
Dari beberapa defenisi yang disampaikan oleh para ahli tersebut,dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan secara baik.
C. Karakteristik strategi pembelajaran ekspositori
- Strategi pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengindentikannya dengan ceramah.
- Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
- tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
D. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Antara lain :
1.Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.
2. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan.
Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan yang bisa mengganggu proses komunikasi.
3. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. Dalam teori konektionisme, “kesiapan” merupakan satu hokum belajar. Inti dari hokum ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat
dari setiap stimulus manakala dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya tidak mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul manakala dia belum ada kesiapan untuk menerimanya.
4. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori. Adapun Keunggulan strategi pembelajaran ekspositori ini adalah:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga dapat diketahui sejauh mana peserta didik menguasai bahan yang telah disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai peserta didik cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain peserta didik dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi.
4) Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran siswa yang besar. 5
Sedangkan kelemahan strategi pembelajaran ekspositori ini adalah:
1) Strategi ekspositori hanya memungkinkan dapat dilakukan terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Lebih sulit mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4) Lebih banyak dilakukan dengan ceramah.
5) Kesempatan untuk mengontrol pemahaman peserta didik akan materi pembelajaran akan sangat terbatas.
6) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
7) Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
E. Pengaplikasian atau Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa. Menurut Sanjaya(2010:180) menyatakan pengaplikasian strategi pembelajaran ekspositori akan aktif manakala:
- Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa.
- Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan.
- Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis mata pelajaran hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misal materi terkait dengan data-data.
- Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
- Apabila guru akan mengajar pada kelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
- Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
- Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.7
Dalam pengaplikasian strategi pembelajaran ini sebelumnya seorang pendidik harus memperhatikan dan memahami hal-hal berikut dalam menggunakan strategi pembelajaran ekspositori, yaitu:
- Rumuskan Tujuan yang Ingin Dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan oleh seorang guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang
berorientasi kepada hasil belajar. Melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efesiensi penggunaan strategi ini.
- Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik
enguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.
- Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat Mempengaruhi Proses Penyampaian.
Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Yang perlu dikenali pertama kali adalah latar belakang siswa yang akan menerima pelajaran, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luar dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.
Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
- Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat bergatung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan, adalah:
Ø Berilah sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
Ø Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus di capai.
Ø Bukalah file dalam otak siswa. 10
Pada tahap persiapan, memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan persiapan, yaitu:
Ø Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif;
Ø Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar;
Ø Meransang dan menggugah rasa ingin tahu siswa;
Ø Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
- Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini:
Ø Penggunaan bahasa
Ø Intonasi suara
Ø Menjaga kontak mata dengan siswa, dan
Ø Menggunakan jokie-joke yang menyegerakan
Korelasi (correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berfikir dan kemampuan motorik siswa.
- Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah siswa akan dapat menyimpulkan dan mengambil inti sari dari proses penyajian.
- Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspoditori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang bisa dilakukan pada langka ini diantarnya; pertama, dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, kedua, dengan memberikan tes seuai dengan materi pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, T. (t.thn.). Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika , 20.
Darmadi. Optimalisasi Strategi Pembelajaran.
Darmiarty. (2017). Pembelajaran Ekspositori pada Tema Bermain diLingkungan Kelas II SD Negeri 63 Banda Aceh. Jurnal Serambi PTK , hal 4.
Safriadi. (2017). Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori. Jurnal Mudarrisuna , 51,52,59,62.
Sanjaya, W. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Zakiyah, D. (2006). Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Comments
Post a Comment